WHO akhirnya mendukung khitan pada pria. Katanya, sel di ujung
kelamin pria diduga rentan infeksi HIV. Padahal Islam sudah ratuhan
tahun mempraktekkan Organisasi kesehatan Dunia, WHO, dan program Aids
PBB mengumumkan, mereka kini mengakui khitan bagi kaum pria secara
signifikan bisa melindungi kaum pria heteroseks dari bahaya HIV.
Kedua lembaga ini mengatakan progra
m pengkhitanan bisa menyelamatkan tiga juta jiwa dalam waktu 20 tahun ke depan.
Sebagaimana dikutip BBC, pengkhitanan mulai akan menjadi bagian
penting dari sejumlah langkah yang dipromosikan oleh PBB dalam memerangi
HIV. Berbagai uji coba baru-baru ini meyakinkan para pakar bahwa
seorang pria yang dikhitan, bisa mengurangi resiko HIV lewat penularan
seksual heteroseks, sebesar 60 persen. Jadi di negara-negara yang
tingkat HIV-nya tinggi dan kaum laki-lakinya tidak disunat, program baru
ini bisa bermanfaat sekali.
Para pakar kesehatan ingin menegaskan bahwa pesan mereka adalah,
pengkhitanan bisa mengurangi risiko HIV, tetapi bukan mengilangkan
risiko.
Masalah budaya
Kepala urusan HIV-AIDS WHO, Kevin de Cock, mengatakan, meski sudah
dikhitan, kaum laki-laki harus tetap melindungi diri dengan cara lain
seperti memakai kondom dan menghindari perilaku berisiko.
“Khitan laki-laki jangan dilihat sebagai satu-satunya tindakan. Sunat merupakan strategi pencegahan tambahan,” katanya.
“Kaum laki-laki harus sadar bahwa sunat hanyalah perlindungan
parsial. Tindakan preventif lain diperlukan, dan kita harus berjaga-jaga
agar tindakan preventif lain tidak ditinggalkan,” tambah Kevin de Cock.
Langkah berikutnya adalah bagi masing-masing negara untuk memutuskan
bagaimana mereka akan mengkampanyekan sunat, karena masalah ini
merupakan masalah budaya yang sensitif. Kebijakan ini mungkin ditolak
oleh kelompok masyarakat tertentu. PBB juga ingin mengadakan penelitian
lebih lanjut.
Penyakit Menular
Sunat atau khitan dalam bahasa Arab berarti memotong ujung kulit
kemaluan atau qulfah. Kulit yang menutupi kepala zakar. Dalam Islam,
amalan khitan dimulai zaman Nabi Ibrahim. Artinya, sebelum Barat
menemukan manfaatnya, Islam telah ratusan tahun mengamalkannya.
Tahun 2006 lalu, sebuah penelitian menunjukkan, pria yang dikhitan
terbukti jarang tertular infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang
tidak khitan.
Penelitian sebelumnya, khitan mencegah HIV.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics terbitan November 2006
itu menunjukkan, khitan ternyata bisa mengurangi resiko tertular dan
menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen, yang menyarankan manfaat
besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Penelitian yang sama tentang khitan dan hubungan dengan penyakit AIDS
juga pernah dipaparkan dalam konferensi internasional ke-25 tentang
AIDS di Bangkok. Hasilnya sama, khitan bisa mengurangi tingkat HIV
(virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin.
[bbc/hid/cha] - Revublika 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar